Total Tayangan Halaman

Rabu, 14 Desember 2011

Sekuntum mawar ditaman



Bunga mawar itu melalui malam hari dengan kekhusyu’an. Tidak menguncup setelah mekarnya meski diterpa angin dinginnya malam. Mawar itu telah mekar bukan hanya sejak hari kemarin. Dan akan senantiasa indah di kala malam, pagi dan di sepanjang hari. Siapa yang tidak tertegun melihat keelokan sekuntum mawar yang tumbuh subur, mekar dan basah oleh embun pagi, bahkan tak ‘kan layu oleh tatapan sinar mentari? Serasa segar dan meneduhkan pandangan mata. Semua hati ingin memilikinya, lalu menanamnya di taman sendiri. Namun ke manakah ia harus dicari?
Seorang wanita di sisi seorang suami laksana mawar di taman. Suamilah yang akan menikmati keelokannya, dan hanya untuk suami mawar itu tampil menggoda. Sebab suami adalah pemilik yang merawat dan yang memeliharanya. Namun wanita mana yang elok seelok mawar di taman yang hanya mekar untuk suami?
Pertanyaan tersebut tidak akan didapatkan jawabannya selain sifat-sifat keelokannya yang disebutkan oleh Alloh subhanahu wata’ala. Ialah sifat isteri sholihah. Ialah isteri idaman dan isteri pujaan. Ialah isteri yang elok bahkan lebih elok dari sekuntum mawar yang mekar dan menawan. Ia lebih anggun dan jauh lebih anggun dari warna-warninya mawar di taman pasutri. Ialah yang Alloh subhanahu wata’ala firmankan dalam ayat al-Qur’an:
… maka wanita yang sholih ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka)…. (QS. an-Nisa’ [4]: 34)
Alloh subhanahu wata’ala menyebut kesholihan seorang wanita itu ada pada dua sifat saja. Ialah seorang qonitah yang berarti taat dan hafizhoh yang berarti pemelihara.
Aduhai betapa sejuk dan menawannya sebuah taman pasutri yang makmur oleh kesholihan isteri yang senantiasa taat pada perintah dan anjuran kebaikan Alloh subhanahu wata’ala Robbnya juga taat pada perintah dan anjuran kebaikan suaminya. Betapa tenteram hati suami sebagai pemilik dan penguasa taman yang dihiasi oleh seorang qonitah. Dan betapa sempurna ketenangan dan ketenteraman suami yang isterinya juga seorang hafizhoh.
Ya, isteri yang hafizhoh. Suami mana yang tidak menaruh kepercayaan penuh pada isterinya, bila isterinya seorang hafizhoh? Suami mana yang masih was-was akan isterinya di rumah tatkala ia harus beranjak berjalan di muka bumi mencari karunia Ilahi bila isterinya seorang yang rapih dalam memelihara diri dan kehormatannya, dan rapih dalam memelihara harta yang dipercayakan kepadanya oleh suaminya? Suami mana yang masih tidak merasa aman akan isterinya bila isterinya seorang yang hafizhoh, memelihara hak-hak Alloh subhanahu wata’ala dan hak-hak suaminya di kala suaminya tidak hadir di sisinya dan dengan sangat setia dan senantiasa sabar dalam penantian sebagaimana yang diperintahkan Dzat Yang Maha Rohman?
Sungguh benar, seorang yang sholihah itu ialah mawar yang mekar semerbak harum mewangi hanya untuk Alloh subhanahu wata’ala, Robbnya, dan untuk suaminya tercinta. Adalah seorang wanita sholihah itu, yang istiqomah agamanya, yang senantiasa taat pada suaminya dan memelihara hak-hak suaminya yang ada pada dirinya dan pada harta suaminya. Dan adalah wanita terbaik itu seperti yang dituturkan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ a قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فيِ نَفْسِهَا وَلاَ فيِ مَالِهِ.
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang wanita seperti apa yang paling baik, beliau bersabda: ‘Yaitu wanita yang menyenangkan suami bila ia memandangnya, menaatinya bila ia perintah, dan tidak menyelisihi sesuatu yang ia tidak suka pada dirinya dan pada hartanya.’”([1])
Engkaukah wahai saudariku wanita sholihah itu? Engkaukah wahai saudariku mawar yang elok di taman itu? Wahai saudariku para isteri, jadilah engkau mawar-mawar dambaan dan pujaan, yang didamba oleh suamimu yang kau cintai dan dipuji oleh Dzat Yang Maha Tinggi. Dan bila bukan engkau mawar-mawar indah di taman itu wahai saudariku, maka seraya memohon ma’unah dari Alloh subhanahu wata’ala, perbaikilah mereka wahai saudaraku para suami, perbaikilah isteri-isterimu, dan Alloh subhanahu wata’ala jualah Dzat Yang akan melimpahkan taufiq-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Wallohua’lam

Najmuddin - Harapan

Melagu hatiku dalam nada angan
Seolah sedetik tiada tersisakan
Resah hatiku tak mampu tuk kuhindarkan
Dari keraguan dan sebuah keinginan
 
Sekelebat bayang sepenggal masa depan
Ternyata selalu membuahkan
Karang asa hamba tiada kan terkikis
Dari panjang jalan perjuangan

Melangit asa
Membumbung harapan
Menanti datangnya seorang kawan
Sebait janji akan kuucapkan
Dalam bisu keheningan malam

Melagu hatiku dalam nada angan
Seolah sedetik tiada tersisakan
Resah hatiku tak mampu tuk kuhindarkan
01:03]Dari keraguan dan sebuah keinginan

Asaku begitu mendesak tuk mewujudkan
Apa yang  kini aku harapkan?
Kumohon pada Tuhan untuk segra mengabulkan
Biar tak lagi tenggelam dalam lautan impian
 
Melangit asa
Membumbung harapan
Menanti datangnya seorang kawan
Sebait janji akan kuucapkan
Dalam bisu keheningan malam

Melepasku dengan selaksa doa
Tunggu syahid senantiasa cita tertinggi
Kuatkan azzamku yang mulai goyah
Relakan semua kekuatan perjuangan

Puisi.....

Melangit asa
Membumbung harapan
Menanti datangnya seorang kawan
Sebait janji akan kuucapkan
Dalam bisu keheningan malam
Dalam bisu keheningan malam









AKu mencitaimu karena allah

Selasa, 13 Desember 2011

Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah

Bentuk-bentuk Jatuh di Jalan Dakwah
  • Menjadi lambat, kurang kontribusi, kurang produktif
  • Menjadi pasif dan tidak berbuat apa-apa
  • Menarik diri dari lingkaran dakwah
  • Menjadi benci terhadap dakwah
  • Berbalik memusuhi dan memerangi dakwah
Itulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat.
Fenomena berjatuhan di jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada. Siapakah yang dirugikan dari fenomena ini? Dakwah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh tersebut.
Dakwah itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?
Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah 'pohon dakwah'. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?
Selanjutnya, apa sajakah yang bisa menyebabkan seorang aktivis dakwah terjatuh di jalan dakwah? Secara umum, ada 2 sebab: faktor internal dan faktor eksternal.
Karena Faktor Internal
1. Karena semangat menurun
    Antisipasi :
  • Senantiasa menjaga kekuatan ruhiyah
  • Membentengi diri dengan ilmu yang kokoh
2. Karena merasa jenuh
    Antisipasi :
  • Tidak berlebihan dan ekstrim, menanggung beban yang terlalu berat
  • Melakukan refreshing dan hal-hal yang menghibur diri
3. Karena tidak puas
    Antisipasi :
  • Senantiasa ikhlas hanya karena Allah dan tidak menggantungkan harapan dan orientasi kepada selain-Nya
4. Karena tidak bisa memahami dakwah
    Antisipasi :
  • Terlibat dan terjun langsung dalam dakwah sehingga memahami realitas
  • Senantiasa mengikuti perkembangan dan dinamika terkini
  • Senantiasa meningkatkan dan mempeluas ilmu dan pemahaman
Karena Faktor Eksternal
1. Karena terbawa oleh lingkungan pergaulan
    Antisipasi :
  • Cari lingkungan pergaulan dan teman-teman dekat yang baik
  • Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
2. Karena tekanan dan pengaruh keluarga
    Antisipasi :
  • Membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluarga
  • Berusaha untuk berdakwah dalam keluarga dengan cara yang sebaik-baiknya
  • Memiliki ”keluarga kedua”
3. Karena terbuai oleh kenikmatan dunia
    Antisipasi :
  • Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
  • Memiliki tameng diluar diri kita (orang-orang yang bisa menjaga diri kita, bentuk-bentuk kenikmatan tandingan yang syar’i)
4. Karena tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan
    Antisipasi :
  • Memantapkan pilar-pilar kehidupan
  • Perkuat ketahanan diri
  • Perhatian dan bantuan dari saudara-saudaranya
5. Karena tidak kuat menghadapi intimidasi
    Antisipasi :
  • Perkuat ketahanan diri
  • Mempersenjatai diri
  • Pembelaan dan dukungan dari saudara-saudaranya
6. Karena perselisihan atau konflik dengan saudaranya
    Antisipasi :
  • Senantiasa menjaga adab-adab dan akhlaq-akhlaq mu’amalah dengan saudara-saudaranya
  • Memiliki hati yang lapang
  • Adanya peredam bibit-bibit perselisihan dan konflik

Sabtu, 10 Desember 2011

Biarlah Engkau yang Tercantik di Hatiku

Setelah menikah, ada amanah untuk saling menjaga pandangan.
Antara lain untuk menjaga pandangan suami sehingga tidak
memandang dengan perasaan yang besar kecuali terhadap istri.
Sehingga ia tidak mengangankan orang lain kecuali istrinya sendiri. Tidak
menginginkan yang lain kecuali istrinya. Tidak ada yang lebih cantik, kecuali
istrinya.
Jadi, Anda para istri, hendaknya berusaha membuat pandangan mata
suami hanya tertuju kepada diri Anda seorang. Tidak ada kesempatan baginya
untuk memandang yang lain, apalagi sampai membayang-bayangkan, apalagi
lebih dari sekadar membayangkan. Mata suami banyak bergantung kepada
wajah Anda. Jika wajah Anda membawa kesejukan, insya-Allah ia tidak akan
tergerak untuk memalingkan pandangan.
Kesejukan wajah, sungguh tidak berhubungan dengan kecantikan. Bagi
seorang yang belum menikah, kecantikan wajah boleh jadi begitu penting atau
bahkan terpenting, sehingga ada yang menikah atas dasar kecantikan wajah.
Akan tetapi seorang yang sudah menikah, atau seorang yang sudah menghayati
sebuah pernikahan, kecantikan wajah terasa demikian tidak pentingnya.
Kecantikan wajah terletak di urutan nomor kesekian. Jauh lebih penting
daripada kecantikan wajah adalah kesejukan wajah Anda ketika suami
memandang.
Alhasil, hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘alaa alihi wasallam
mengenai seorang istri yang apabila dipandang membuat suami semakin
S
Kado Pernikahan 249
sayang, tidak hanya berlaku bagi mereka yang memiliki kecantikan luar biasa.
Boleh jadi mereka yang menurut penilaian umum sangat tidak cantik, justru
menyimpan keteduhan jiwa yang luar biasa sehingga dapat menghapus
kepenatan psikis dan fisik suami saat datang. Sebaliknya, bisa jadi kecantikan
wajah yang dikenang-kenang dan diangan-angankan sebelum menikah, tampak
demikian membosankan dan melelahkan mata.
Selengkapnya bunyi hadis Nabi Saw. itu berbunyi:
“Tiga kunci kebahagiaan laki-laki adalah istri shalihah yang jika
dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu
merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan
yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai
yang penuh kasih-sayang.
Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak
membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya, juga
tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga
kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya
membuatmu lelah dan jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi;
dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”
---
Kecantikan wajah
terletak di nomor kesekian.
Jauh lebih penting daripada kecantikan wajah
adalah kesejukan wajah Anda
ketika suami memandang.

Niat Ketikah Menikah

Sebagian pernikahan menjadi penuh barakah karena niat awal ketika
memutuskan untuk menikah. Al-Idris Asy-Syafi'i menikah semata karena ingin
mendapatkan ridha dari pemilik pohon delima atas apa yang ia makan. Ia bersedia
menikah asal delima yang sudah dimakannya diikhlaskan dan pemiliknya ridha. Maka
ia menikah dengan Fathimah, putri pemilik pohon delima itu. Dari rahim istrinya,
lahir Muhammad bin Idris yang kelak dikenal sebagai Imam Syafi'i karena keutamaan
ilmu dan akhlaknya. Pernikahan Al-Idris melahirkan anak yang sangat penuh
barakah. Sampai sekarang kita masih mengambil ilmu dari apa yang diwariskan oleh
Imam Syafi'i, buah pernikahan Al-Idris dan Fathimah yang diridhai.
Ada contoh lain pernikahan karena menjaga diri dari hal yang meragukan,
semata-mata demi mencapai keselamatan akhirat. Imam Bukhari dalam hadis
shahihnya pernah meriwayatkan sebuah cerita dari Rasulullah.
"Seorang laki-laki," kata Rasulullah Saw., "membeli sebidang tanah dan
menemukan sebuah tempayan berisi emas dalam tanah itu. Katanya kepada si penjual,
'Ambillah emasmu, karena hanya tanah yang saya beli dari engkau dan saya tidak
membeli emas'. Kata yang punya tanah, 'Tanah itu beserta isinya telah saya jual
kepada engkau'. Keduanya lalu minta putusan kepada seseorang. Kata orang itu,
'Adakah kamu berdua mempunyai anak?' Seorang di antara mereka berkata, 'Ya, saya
mempunyai seorang anak laki-laki'. Kata yang seorang lagi, 'Ya, saya mempunyai
seorang anak perempuan'. Kata hakim tadi, 'Kawinkanlah anak perempuan itu dengan
anak laki-laki ini dan belanjailah dengan keduanya dari harta itu dan
bershadaqahlah'." (HR Bukhari dalam shahihnya, hadis No. 1513).

For my life n my heart


Kamu Cantik kalo sedang marah & ngambeg
terlihat Indah jika sedang senyum
begitu Sabar di saat menyebalkan.. ..
tetap Anggun meskipun lelah….

Kamu selalu Ceria di kala menangis….
berusaha Tegar di saat-saat
duka….
Kamu adalah Kehangatan sewaktu
“sekeliling” terasa dingin….
Kamu tetap Indah setelah terbangun
dari tidurmu… .

Kamu mencoba Bijak di tengah dunia
yang sekarat… .
Kamu tetaplah kamu, meski amnesia
menimpa ingatanku… .
Hatikulah yang kan menyimpan segala
Kebaikan dari Cintamu…
Meskipun ajal ini menjemput  diriku lebih dulu
Hanya senyummu terakhir yang ingin kulihat

dan Kamu….
Sangat Istimewa untuk diriku
seumur Hidupku.. ..


For  my life n my heart “Lujjatus Saniyah”

Hati-hati Bawa Hati

Aduh,
susahnya punya hati
letaknya tersembunyi,
tapi geraknya tampak sekali
(he hemm, malu juga diri ini)
Makanya,
lebih baik punya istri
kalau tersenyum ada yang menanggapi
kalau berekspresi ada yang memahami
sikapnya lembut tak bikin keki
kadang malah memuji
"Tuhan tak pernah ingkar janji,
kalau terus menjaga diri,
akan mendapat pendamping yang lurus hati."
Tapi kalau masih sendiri,
hati-hati bawa hati
kalau sibuk mencari perhatian,
kapan kamu mengenal gadis yang bisa menjaga
pandangan?
bagusnya sibuk menyiapkan perbekalan
(maunya sih kutulis memperbaiki iman)
saat-saat tak terbayangkan
Adapun kalau sudah beristri,
jangan lupa mengingatkan
kalau ada yang dilalaikan
tentang perkara yang disyari'atkan
tapi kalau ia memelihara kewajiban
ingat-ingatlah untuk memberi perhatian
jangan menunggu dapat peringatan